Selasa, 29 Maret 2011

MARI MAKMURKAN MASJID YANG ADA DI DEKAT KITA

Lewat masjid, Rasulullah membangun kultur masyarakat baru yang lebih dinamis, progresif

Tulisan ini, hanya sebagai pengingat bagi kita, Umat Islam, untuk merekonstruksi paradigma terhadap masjid, yang menurut saya, sekarang pandangan sebagian Umat Islam dalam melihat masjid tidak sesuai dengan khittahnya.

"Barang siapa yang membangun rumah Allah (masjid) di dunia, maka Allah akan membangunkannya rumah di surga." (HR Muslim).

Hadits itu jelas sekali maksudnya. Tapi karena kita memahaminya hanya secara harfiah, tanpa mengkaji lagi asbabul wurud (sebab hadits itu diturunkan) sehingga kita mungkin beranggapan:

cukup menjadi panitia pembangunannya, Allah sudah membangunkan kita rumah di surga. Apalagi jika kita melakukan aktivitas shalat jamaah di masjid, memakmurkan masjid.
Tentu hal yang luar biasa.
Padahal paradigma seperti itu keliru.
bayangkanlah, jika pikiran kita seluruhnya sama seperti itu, maka siapa yang akan merawat rumah Allah tersebut. Siapa yang akan memakmurkan masjid tersebut? Padahal, memakmurkan masjid jauh lebih baik dan mempunyai nilai sangat strategis bagi Umat Islam. Di antaranya, ukhuwwah islamiyah Umat Islam dapat terjaga. Di masjid, tidak memandang status sosial. Tidak memandang pangkat, jabatan, kekuasaan, dll, seperti ketika kita berada di kantor, di pasar misalnya. Di sini, di rumah Allah yang mulia, sangat terasa persaudaraan itu. Jika kita ada pada zaman Rasulullah, mungkin rumah kita dibakar oleh Rasulullah karena kita tidak menjalankan shalat jamaah di masjid.

Renungkanlah percakapan antara umi maktum, sahabat Rasulullah yang buta. "Ya Rasulullah adakah rukshah (keringanan) bagi saya untuk tidak melakukan shalat jamaah di masjid."

Rasul menjawab: "Apakah engkau masih mendengar azan?"

Umi Maktum menjawab: "Masih." "Maka wajib bagimu untuk mendatangi masjid itu," jawab Nabi.

Hadits meriwayatkan, hampir-hampir akan dibakar rumah orang yang tidak mau ke masjid untuk shalat jamaah, jika tidak terjadi fitnah.
Pusat Revolusi Peradaban Masjid di zaman Rasulullah mempunyai banyak fungsi, selain tempat ibadah. Itu sebabnya, Rasulullah membangun masjid terlebih dahulu. Untuk mengumpulkan pengikut Rasulullah, tempat yang tepat adalah masjid karena bebas nilai. Hanya nilai kebaikan dalam rangka mengesakan Allah, yang ada di masjid. Madinah dijadikan Rasulullah sebagai prototipe masyarakat berperadaban Islam. Lewat masjid, Rasulullah membangun kultur masyarakat baru yang lebih dinamis, progresif.

Intinya dari masjid awal cahaya Islam menyebar ke seluruh cakrawala dunia. Bagaimana kondisi masjid sekarang? Selain seperti yang saya jelaskan di atas, ada hal yang umumnya terjadi di sebagian masjid kita.

Masjid fungsinya dibatasi, hanya sebagai tempat ibadah.
Salah? Tidak.
kemudian ada lagi permasalahan yang sering saya jumpai di masjid, yaitu ketika ada yang ingin melakukan kegiatan atas nama parpol tertentu, izinnya dipersulit. Bahkan pengurus juga tidak jarang mengatakan: "Masjid bukan tempat orang untuk bicara politik."

Padahal di zaman Rasulullah, justru politik dibicarakan di masjid.

Ada juga persoalan yang sering terjadi jika ada ormas mau mengadakan kegiatan, tetapi mazhabnya berbeda dengan pengurus masjid, maka ormas itu tidak boleh memakai masjidnya.

Tips memakmurkan masjid:

Dari sisi SDM yaitu:

Adakan pelatihan manajemen masjid dengan mengundang ahlinya sehingga diharapkan pengelolanya bisa maksimal mengurus masjid;

Adakan pembinaan terhadap pemuda di sekitar masjid. Diharapkan mereka sebagai suplai SDM nantinya, jika orang tua sudah tidak ada.

Dari sisi program kerja: Buat program kerja yang inovatif. Misalnya, selama satu tahun kepengurusan si Fulan yang ada di masjid hanya acara Shalat Tasbih, yasinan, maulid, kajian kitab kuning. Maka, tambahlah dengan bedah buku, mabit, ESQ, Talk Show, dll. Back to Masjid Kiranya tidak berlebihan, jika hal itu membawa dampak positif yang signifikan bagi kemakmuran masjid maupun masyarakat sekitar.

Apalagi baru saja kita melewati Ramadhan.

Kenapa tidak kita teruskan ibadah berjamaahnya? Apalagi sekarang Muharam, bulan ini dijadikan sebagai momentum hijrah bagi muslim.
Mari kita shalat berjamaah di masjid, jika tidak mau, berarti ada yang salah dalam diri kita.

Kemudian Shalat Subuh bersama forum RT/RW, sehingga terlihat kedekatan pejabat dengan rakyatnya. Dampaknya luar biasa. Bukan hanya masjid yang hidup, tempat kita tinggal akan mendapat berkah dari langit.

Apalagi jika gaya memimpin bupati/walikota seperti Umar bin Abdul Aziz. Subhanallah.
Kini saatnya kita kembali ke masjid. khususnya melakukan Shalat Subuh jamaah. Seorang Yahudi berkata:
"Bangsa kami, Yahudi, baru akan takut jika Umat Islam telah melaksanakan Shalat Subuh seperti melakukan Shalat Jumat."
Tidak ada kata terlambat untuk memulai sebuah kebaikan. Mari mulai sekarang juga, kita makmurkan masjid di kompleks perumahan kita, di tempat kerja maupun di pusat perbelanjaan (jika memungkinkan).
Hilangkan perbedaan yang tidak syar’i, kecurigaan terhadap sesama umat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar